Powered By Blogger

Senin, 03 Juni 2013

Pendaki Gunung Dan Kehidupan

Seorang pendaki gunung tidak pernah berlari menuju puncak,
tetapi dia berjalan selangkah demi langkah tanpa kenal lelah.
Tanpa kenal waktu siang dan malam,
hingga akhirnya keindahan puncak gunung bisa digapai dan dirasakan.
Apa gunanya berlari kencang jika ditengah jalan kelelahan
dan akhirnya tak bisa melanjutkan perjalanan.
Begitupun dalam hidup..
Kita harus terus berjalan bukan sekedar berlari-lari di awal-awal,
tapi tidak bisa meneruskan perjalanan.
Bukan sekedar keren-kerenan di awal
tapi gak bisa bertahan di era perkembangan zaman.
Teruslah berjalan...
Maka kamu akan sampai di tujuan yang kamu tuju.
Itulah semangat pendaki sejati. \m/

Minggu, 02 Juni 2013

Kumpulan Kata dan Puisi Soe Hok Gie


“Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.-Walt Whitman, dalam CSD- 

******************************************

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mendalawangi Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra Tapi aku ingin mati di sisimu manisku Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu Mari sini sayangku Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung Kita tak pernah menanamkan apa-apa kita takkan pernah kehilangan apa-apa Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan Yang kedua dilahirkan tetapi mati muda Dan yang tersial adalah bermur tua Berbahagialah mereka yang mati muda Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada Berbahagialah dalam ketiadaanmu Soe Hok Gie

***************************************** 

"Sebuah Tanya" “Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa, pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui. Apakah kau masih berbicara selembut dahulu? memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku” (Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih,lembah Mandalawangi, kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram, meresapi belaian angin yang menjadi dingin) “Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu? ketika ku dekap, kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat” (Lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya, kau dan aku berbicara, tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita) “Apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu kita begitu berbeda dalam semua,kecuali dalam cinta?” (Haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yg tidak kita mengerti, seperti kabut pagi itu) “Manisku, aku akan jalan terus, membawa kenangan kenangan dan harapan harapan, bersama hidup yang begitu biru” jakarta,1 April 1969 Soe Hok Gie 

*******************************************
"Mandalawangi Pangrango" Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu Aku datang kembali Kedalam rimbamu, dalam sepimu dan dalam dinginmu. Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan Dan aku terima kau dalam keberadaanmu Seperti kau terima daku. Aku Cinta padamu... Pangrango yang dingin dan sepi Sungaimu adalah Nyanyian keabadian tentang tiada Hutanmu adalah misteri segala Cintamu dan Cintaku adalah kebisuan semesta. Malam itu ketika dingin dan kebisuan menjelimuti Mandalawangi Kau datang kembali Dan bicara padaku tentang kehampaan semua. “Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “Tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar “Terimalah dan hadapilah.” Dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara Aku terima itu semua Melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu. Aku Cinta padamu Pangrango Karena aku Cinta pada keberanian hidup Soe Hok Gie 19-7-1966 

********************************************

"Pesan" Hari ini aku lihat kembali Wajah-wajah halus yang keras Yang berbicara tentang kemerdekaaan Dan demokrasi Dan bercita-cita Menggulingkan tiran Aku mengenali mereka yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi Kawan-kawan Kuberikan padamu cintaku Dan maukah kau berjabat tangan Selalu dalam hidup ini? Soe Hok Gie 

********************************************
"Kami mengatakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak pecaya pada slogan, Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan slogan, Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya, Dan mencintai tanah air Indonesia dapat di tumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatNya dari dekat, Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pada pertumbuhan fisik sehat" "Karena itulah kami naik Gunung" 

********************************************

"In Memoriam Soe Hok Gie & Idham Lubis (Puncak Mahameru) Yang mencintai udara jernih Yang mencintai terbang burung-burung Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan Yang mencintai bumi. Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung Mereka tengadah dan berkata Kesanalah Soe Hok Gie dan Idham Lubis pergi Kembali ke pangkuan binang-bintang Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi Sementara saputangan menahan tangis Sementara Desember menabur gerimis... 24 Desember 1969 

********************************************
"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan"

********************************************
"Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: “dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.” Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda mati. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai ini. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurlah hidup kita" 

********************************************
Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran. 

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah. 

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau. ¦Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda. 

Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan. 

Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia. 

Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi. 

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir? 

Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis… 

Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.

Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita. 

Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia. 

To be a human is to be destroyed. 

Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin. 

Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan. 

I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist. 

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata. 

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan. 

Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya. 

Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.